JATIMUPDATE.COM | SITUBONDO – Di pesisir utara Situbondo, di mana aroma garam dan ikan menyatu dengan hembusan angin laut, nasib para nelayan sering kali sama tak pastinya dengan gelombang yang mereka arungi. Khususnya bagi para pembudidaya lobster, setiap petak keramba adalah pertaruhan besar. Benih lobster (benur) yang mahal ditebar dengan harapan panen melimpah, namun sering kali harapan itu kandas oleh musuh tak kasat mata: kualitas air yang tiba-tiba anjlok. Angka kematian yang bisa mencapai 70% adalah hantu yang membayangi, mengubah potensi keuntungan menjadi kerugian yang menyakitkan.
Namun, di tengah tradisi yang mengandalkan ilmu titen (pengetahuan berdasarkan pengalaman dan kebiasaan) dan doa, secercah cahaya digital kini mulai bersinar. Cahaya itu datang bukan dari perusahaan teknologi raksasa di ibu kota, melainkan dari benak seorang pemuda lokal yang hatinya tertambat pada nasib para tetangganya. Namanya Hendra, dan “senjata” yang ia ciptakan untuk melawan ketidakpastian itu bernama Lobstech.
Tim JatimUpdate.com menelusuri kisah inspiratif ini, sebuah cerita tentang bagaimana denyut data dan algoritma kini berpadu dengan debur ombak di Situbondo untuk mengangkat harkat para pejuang samudra.
Dari Resah Menjadi Rangkaian Kode
Hendra, pemuda asal Jember yang mendedikasikan ilmunya di Situbondo, bukanlah sosok yang asing dengan kehidupan pesisir. Ia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana para pembudidaya lobster sering kali hanya bisa pasrah. “Mereka baru sadar ada masalah kalau lobster sudah mengambang, sudah mati. Saat itu, semuanya sudah terlambat,” ungkap Hendra saat dihubungi JatimUpdate.com. Kerugian puluhan juta rupiah bukan lagi cerita aneh, melainkan realitas pahit yang berulang.
Ia melihat ada sebuah celah fundamental. Para nelayan bekerja keras, namun mereka beroperasi “buta”. Mereka tidak tahu kapan kadar oksigen dalam air menipis, kapan suhu tiba-tiba melonjak, atau kapan tingkat keasaman (pH) air berubah drastis—faktor-faktor krusial yang menjadi penentu hidup matinya lobster.
Berbekal latar belakang pendidikannya di bidang teknologi, Hendra tidak tinggal diam. Ia berpikir, bagaimana jika keramba apung itu bisa “berbicara”? Bagaimana jika air di dalamnya bisa mengirimkan sinyal “bahaya” sebelum malapetaka terjadi?
Dari kegelisahan inilah, lahir sebuah ide revolusioner: mengawinkan dunia budidaya tradisional dengan teknologi Internet of Things (IoT). Konsep inilah yang menjadi fondasi dari Lobstech, sebuah sistem cerdas yang dirancang untuk menjadi “malaikat pelindung” bagi lobster-lobster di keramba.

Lobstech: ‘ICU’ Digital untuk Keramba Lobster
Mendengar istilah IoT mungkin terdengar rumit bagi sebagian orang, namun Hendra berhasil menerjemahkannya menjadi solusi yang praktis dan mudah diadopsi. Bayangkan Lobstech seperti sebuah unit perawatan intensif (ICU) mini yang dipasang di setiap keramba.
Sistem ini terdiri dari beberapa komponen utama:
- Sensor Cerdas: Seperangkat sensor ditenggelamkan ke dalam air untuk memantau parameter vital secara real-time, 24 jam sehari. Sensor ini mengukur suhu, kadar oksigen terlarut (DO), salinitas, hingga pH air.
- Transmisi Data: Data dari sensor ini tidak hanya tersimpan di alat, tetapi langsung dikirimkan ke cloud server melalui jaringan internet.
- Aplikasi Smartphone: Para nelayan kini memiliki “dasbor” di genggaman mereka. Melalui aplikasi sederhana di ponsel, mereka bisa memantau kondisi setiap keramba dari mana saja, bahkan saat sedang bersantai di rumah.
- Sistem Otomatisasi: Inilah bagian paling jenius dari Lobstech. Sistem ini tidak hanya memberi peringatan. Jika sensor mendeteksi kadar oksigen turun di bawah ambang batas aman, sistem akan secara otomatis menyalakan aerator (penghasil gelembung udara). Jika suhu terlalu panas, pompa air akan aktif untuk melakukan sirkulasi.
“Dulu nelayan harus begadang, setiap beberapa jam sekali mengecek keramba secara manual. Sekarang, biarkan teknologi yang ‘begadang’ untuk mereka. Mereka bisa tidur nyenyak, karena ponsel mereka akan berbunyi jika ada kondisi darurat,” jelas Hendra.
Dampak Nyata: Angka Bicara, Nelayan Sejahtera
Inovasi teknologi sering kali hanya indah di atas kertas. Namun, Lobstech membuktikan dampaknya secara nyata di lapangan. Nelayan yang pada awalnya mungkin sedikit skeptis, kini menjadi saksi hidup keampuhan sistem ini.
Pak Sunarto, salah satu pembudidaya lobster di Situbondo yang menjadi mitra awal Hendra, merasakan langsung perubahannya. Sebelum menggunakan Lobstech, tingkat kematian benur di kerambanya bisa mencapai 60%. Artinya, dari 100 ekor benur yang ia tebar, lebih dari separuhnya mati sebelum sempat dipanen.
Setelah Lobstech terpasang, angka itu terjun bebas. Tingkat kematian berhasil ditekan hingga di bawah 20%, bahkan ada yang mencapai 10%. Secara matematis, ini adalah lompatan kuantum dalam produktivitas. Panen yang tadinya untung-untungan, kini menjadi jauh lebih pasti dan melimpah. Pendapatan para nelayan pun meroket, memberikan stabilitas ekonomi yang selama ini mereka impikan.
Lobstech telah mengubah paradigma. Budidaya lobster di Situbondo bergeser dari praktik yang berbasis firasat menjadi sebuah industri presisi yang berbasis data.

Diganjar Apresiasi Nasional: SATU Indonesia Awards 2021
Gema inovasi dari pesisir Situbondo ini ternyata terdengar hingga ke tingkat nasional. Dedikasi dan dampak positif yang diciptakan oleh Hendra melalui Lobstech mendapatkan pengakuan tertinggi. Pada tahun 2021, ia terpilih sebagai salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia Awards.
Penghargaan yang diprakarsai oleh PT Astra International Tbk ini adalah sebuah panggung kehormatan bagi para pemuda-pemudi inspiratif bangsa yang tak kenal lelah berkarya untuk masyarakat di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi. Terpilihnya Hendra dalam kategori Teknologi menjadi bukti bahwa solusinya bukan hanya inovatif, tetapi juga relevan dan sangat dibutuhkan.
Penghargaan ini menjadi validasi, bahwa dari sebuah niat tulus untuk membantu masyarakat di sekitarnya, seorang pemuda dari Jawa Timur mampu menciptakan sebuah karya teknologi yang diakui sebagai salah satu inovasi terbaik di Indonesia.
Masa Depan Budidaya Ada di Tangan Pemuda Inovatif
Kisah Hendra dan Lobstech adalah cerminan masa depan sektor maritim dan agrikultur Indonesia. Ini adalah bukti bahwa teknologi bukanlah domain eksklusif kaum urban di kota-kota metropolitan. Justru, di tangan pemuda-pemuda daerah yang memahami akar masalah di lingkungannya, teknologi menjadi alat pemberdayaan yang paling ampuh.
Hendra kini tidak berhenti di Situbondo. Visinya adalah membawa Lobstech ke lebih banyak wilayah pesisir di Jawa Timur dan seluruh Indonesia. Teknologi ini pun sangat mungkin untuk diadaptasi bagi komoditas budidaya perairan lainnya, seperti ikan kerapu, udang, atau nila.
Dari sebuah dusun nelayan di Situbondo, Hendra telah mengirimkan pesan yang kuat: masa depan nelayan Indonesia tidak lagi hanya bergantung pada nasib dan cuaca, tetapi juga pada data dan inovasi. Ia adalah prototipe pahlawan modern Jawa Timur, seorang teknolog yang berhati nelayan, yang karyanya kini menjadi ombak pembawa harapan baru bagi ribuan keluarga di pesisir nusantara. #APA2025-PLM #SatukanGerakTerusBerdampak #KitaSATUIndonesia



